Sinopsis dari cerpen sebuah mimpi sebelum tidur, besok dikumpulkan please
B. Indonesia
wahyusstar1
Pertanyaan
Sinopsis dari cerpen sebuah mimpi sebelum tidur, besok dikumpulkan please
1 Jawaban
-
1. Jawaban Jefrybrilisty
Di malam hari,Tak terbayangkan lagi waktu luang yang telah terbuang sia-sia dua minggu bahkan sebulan terakhir ini. Kebanggaan dan senyum yang seharusnya menjadi hasil akhir dari keringat selama ini, ironisnya hanya menyisakan rasa kecewa yang melumatkan hati. Kenangan dua minggu liburan, Tiba-tiba aku teringat sesuatu, sebuah foto dan video yang tak sengaja dibuat ketika aku dan teman-teman teater berlatih untuk mempersiapkan diri untuk sebuah acara yang ternyata hanya sebagai ajang kekecewaan kami. Ketika aku lihat kembali saat-saat kebersamaan bersama mereka, sungguh aku merasa hidup kembali. Ada sesuatu yang tak mampu diwakili oleh kata apapun ,Aku merasakan sentuhan kehangatan dan keterbukaan di setiap celah kebersamaan kami. Semangat api yang menyala saat kami berbondong-bondong berkeringat ke sekolah dikala teman-teman,Mungkin berat rasanya mengorbankan hari libur dan kegiatan yang menyibukkan lainnya untuk sebuah pertemuan, tapi karena kami punya mimpi yang sama itu takkan seberapa. Suatu saat,senang rasanya latihan berjalan dengan cukup baik, meski pun tak terpungkiri banyak masalah yang melengkapi. Tapi ini lain lagi ceritanya, karena kerja keras kami dibayar dengan kekecewaan. Mungkin tak apa untuk teman-temanku, tapi aku sudah menaruh banyak harapan pada pementasan itu. Jujur itu menyakitkan untukku, .kebersamaan lainnya, yang tidak lain adalah mereka, anak-anak di desaku. Di sini, bersama mereka aku bisa mengerti bagaimana perasaan menjadi seorang kakak, seorang guru, seorang teman, dan belajar menahan diri. Yaah, dengan usaha dan sedikit tekanan batin, aku berusaha menggerakkan tangan-tangan kecil mereka, menuntun gerakan tubuh mereka yang masih kaku, dan itu cukup membuahkan hasil. Kami anak-anak desa yang mencintai alunan gamelan yang menghanyutkan jiwa, telah bersiap untuk menunjukkan apa yang telah kami persiapkan selama sebulan terakhir.Dengan berat hati, aku dan lima anak lainnya tak bisa ikut menari ataupun menyanyikan lagu-lagu indah dalam iringan gamelan tiga hari lagi karena suatu halangan yang tak pernah kami inginkan. Jujur, aku merasa berat melepas tempatku di pertunjukkan itu, Begitupun dengan anak-anak yang lain, aku melihat kesedihan mereka karena kehilangan enam anggota. Tapi aku tetap mendorong semangat mereka, karena ini adalah tanggung jawabku sebagai salah satu penuntun mereka. Hari ini pun, anak-anak itu datang menjemputku, mereka ingin aku menemani latihan mereka hari ini. Aku pun bergegas. Ku coba ingat kembali mereka, teman-temanku di teater dan anak-anak desa. Aku bisa merasakan canda tawa mereka, tingkahnya yang menyanyikan lagu dengan nada yang memecah gendang telinga.Akhirnya aku belajar dari semua yang terjadi akhir-akhir ini. Semua yang terjadi memang membuatku terluka, membuatku sedih. Hmm… malam pun semakin larut, mata pun mulai lelah setelah bernostalgia kembali dengan kenangan-kenangan itu, dengan teman-teman teater yang konyol, dan anak-anak desa yang tak bisa diurus. Akhirnya aku tertidur bersama saat-saat menyebalkan dan menyenangkan dimana aku benar-benar di terima di sisi mereka, di tengah-tengah gerombolan wajah lugu anak-anak desa, dan di antara kehangatan tawa teman-teman tanpa laut. Aku menyukai itu, merasa bahagia, jatuh cinta dengan mereka, membencinya, merindukannya dan kemudian jatuh cinta lagi padanya. (Udah di ringkasin)